DAMNATION OF BLA BLA BLA
Rabu, 11 Juli 2012
KOMPOSIT
BAB VIII
KOMPOSIT
8. 1. Pendahuluan.
Teknologi modern membutuhkan material dengan sifat khusus yang
merupakan kombinasi, di mana tidak dapat dipenuhi oleh material konvensional,
seperti logam, polimer, atau keramik. Secara umum, komposit didefinisikan sebagai
sebuah material yang terdiri atas beberapa material, di mana sifat yang dimilikinya
merupakan gabungan sinergis dari sifat material penyusunnya. Berdasarkan
morfologi material penguatnya, komposit dapat dibagi menjadi tiga, yaitu (1)
komposit partikulat, (2) komposit serat, dan (3) komposit laminat. Sementara itu,
berdasarkan jenis material matriksnya, komposit dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
(1) komposit bermatriks polimer (polymer matrix composites), (2) komposit
bermatriks logam (metal matrix composites), dan (3) komposit bermatriks keramik
(ceramic matrix composites).
8. 2. Komposit Bermatriks Polimer
Komposit ini terdiri atas polimer sebagai matriks, dengan berbagai bentuk
penguat. Sebagian besar aplikasi rekayasa yang memakai komposit mengaplikasikan
komposit bermatriks polimer dengan penguat berbentuk serat, karena sifatnya pada suhu
ruang yang dapat didesain dalam spektrum yang sangat luas, mudah difabrikasi, dan
relatif murah. Beberapa jenis serat yang banyak dipakai dalam komposit dapat dilihat
pada Tabel 8.1. Pada dasarnya, polimer memiliki sifat mekanik yang terbatas, tetapi
dengan adanya penguat, material ini dapat memiliki kekuatan tarik, kekakuan,
ketangguhan, ketahanan abrasi, dan ketahanan korosi yang relatif tinggi. Kekurangan
pada material ini adalah ketahanan panasnya yang rendah dan koefisien ekspansi panas
yang besar.
Tabel 8.1 Sifat dari beberapa jenis serat penguat
Ada dua jenis polimer yang biasa digunakan sebagai matriks, yaitu termoset
(epoksi, fenolik) dan termoplastik [Low Density Polyethylene (LDPE), High Density
Polyethylene (HDPE), polipropilen, nilon, akrilik]. Berdasarkan material penguatnya,
komposit polimer dibagi menjadi tiga, sebagai berikut:
1) Komposit polimer berpenguat serat gelas
2) Komposit polimer berpenguat serat karbon
3) Komposit polimer berpenguat serat aramid
Komposit polimer berpenguat serat gelas
Komposit ini mengandung serat gelas sebagai penguat, baik dalam bentuk
kontinu maupun diskontinu dalam matriks polimer yang biasa disebut resin. Diameter
serat gelas umumnya 3-20 µm. Jumlah serat dapat divariasikan dalam proses
pembuatannya. Jumlah serat sangat menentukan kekuatan tarik material ini. Umumnya,
semakin banyak serat, semakin meningkatkan kekuatan komposit ini hingga level
tertentu. Figur 9.1 memberikan gambaran mikrokomposit serat gelas CSM (chopped
strand mats)-poliester yang memiliki variasi jumlah serat.
Gambar 8.1 Perbedaan struktur mikro dari komposit serat gelas CSM (chopped strand mats)-poliester
dengan variasi jumlah serat (a) 10%, (b) 40%, dan (c) 50%
Selain jumlah serat, hal lain yang harus diperhatikan untuk sebuah komposit
polimer berserat gelas adalah sifat permukaan. Sifat permukaan serat gelas sangat
penting karena setiap cacat kecil pada permukaan akan sangat menentukan kekuatan
tarik. Cacat permukaan dapat terjadi karena penggosokan atau abrasi permukaan oleh
material keras lainnya. Aplikasi material ini, seperti bodi otomotif atau kapal, pipa
plastik, tangki air, kursi angkutan umum, dan lain-lain.
Salah satu contoh serat gelas adalah "E-glass", yaitu serat yang mengandung 5256%
SiO2, 12-16% Al2O3, 16-25% CaO, dan 8-13% B2O3. Material ini memiliki sifat
insulasi yang sangat baik terhadap listrik. Oleh karena itu, material ini diberi nama E-
glass (E berarti elektrik). Contoh lainnya adalah S-glass yang mengandung penguat
SiO2, MgO, dan Al2O3. Huruf S pada penamaannya berarti strength, di mana
menandakan sifatnya yang lebih kuat daripada jenis E-glass. Aplikasi yang paling
umum untuk material ini adalah pada industri pesawat. Jenis lainnya adalah S + R-glass,
yang merupakan serat gelas yang paling kuat dan paling mahal, sedangkan C-glass
merupakan serat gelas yang didesain secara khusus untuk aplikasi yang membutuhkan
ketahanan korosi.
Komposit Polimer Berpenguat Serat Karbon
Komposit ini mengandung serat karbon sebagai penguatnya. Serat karbon
terdispersi secara kontinu atau terputus. Umumnya, harga komposit polimer berpenguat
serat karbon relatif mahal, tetapi memiliki rasio modulus elastisitas dan kekuatan yang
sangat tinggi terhadap beratnya.
Berikut ini adalah sifat serat karbon:
a.
Memiliki modulus spesifik dan kekuatan spesifik yang paling tinggi di antara
seluruh jenis penguat.
b.
Kekuatan tank dan modulus tank tetap dipertahankan pada suhu tinggi.
c.
Tahan oksidasi.
d.
Pada suhu ruang tidak dipengaruhi oleh uap air atau pelarut lainnya.
e.
Karekteristik fisika dan kimianya beragam sehingga bisa dipilih sesuai aplikasi.
f.
Proses pembuatannya relatif tidak mahal
Struktur karbon tidak seluruhnya kristalin, tetapi terdiri atas daerah grafit dan
daerah kristalin. Daerah non-kristalin adalah daerah di mana terjadi ketidakteraturan
dari susunan heksagonal karbon, yang merupakan karekteristik struktur grafit. Aplikasi
material ini, seperti peralatan olahraga (alat pancing, tongkat pemukul [stick golf,
raket), bejana bertekanan, struktur pesawat terbang, dan tabung motor roket.
Komposit Polimer Berpenguat Serat Aramid
Serat aramid ditemukan pada awal 1970-an. Secara kimia, material serat ini
termasuk dalam kelompok poliparafenilen tereftalamida. Pada mulanya, material ini
diciptakan untuk menggantikan baja yang ada pada ban kendaraan bermotor. Serat
aramid umumnya digabungkan dengan resin epoksi atau poliester. Sifat-sifat serat
aramid antara lain sebagai berikut:
a.
Kekuatan tarik yang tinggi.
b.
Modulus elastisitas yang tinggi.
c.
Elongasi yang rendah sebelum titik patah.
d.
Ringan.
e.
Koefisien ekspansi termal yang rendah.
f.
Ketahanan impak yang tinggi.
g.
Tahan api
Namun demikian, serat aramid memiliki beberapa kelemahan, yaitu tidak kedap
air, susah dipotong, dan kekuatan tekan yang relatif rendah. Ada berbagai merek dagang
aramid di antaranya adalah Kevlar dan Nomex. Serat Kevlar diproduksi melalui proses
ekstrusi dari suatu bakalan melalui sebuah pemintal. Proses ekstrusi tersebut
memberikan kekuatan pada serat Kevlar. Semakin panjang tarikannya, semakin kuat.
Komposit polimer berpenguat serat aramid biasanya diproduksi dengan proses cetakan
terbuka, cetakan tertutup, dan poltrusion. Aplikasi material ini adalah produk antipeluru
(rompi, tameng, dan lain-lain), alat olahraga, rem otomotif, dan lain-lain
8. 3. Komposit Bermatriks Logam
Sesuai namanya, material ini memiliki matriks dari logam yang bersifat ulet.
Umumnya, material ini dapat dipakai pada suhu lebih tinggi dari suhu material
logamnya. Berbagai jenis logam dapat dipakai sebagai matriks komposit. Bentuk
penguatnya dapat berupa partikel, serat (baik kontinu maupun diskontinu), dan
whiskers. Sifat dari beberapa komposit logam dengan penguat berbentuk serat dapat
dilihat pada Tabel 9.2.
Tabel 8.2 Sifat beberapa komposit logam yang diperkuat dengan serat kontinu dan
searah
Pemrosesan komposit bermatriks logam umumnya terdiri atas dua tahap, yaitu
konsolidasi atau sintesis (tahap memasukkan penguat ke dalam matriks logam), diikuti
dengan proses pembentukan. Banyak aplikasi dari material ini, seperti untuk komponenkomponen
mobil. Beberapa komponen mesin mobil menggunakan komposit aluminium
yang diperkuat dengan alumina, sehingga menjadi ringan, tahan aus, dan distorsi. Untuk
mobil, komposit logam juga dipakai untuk suspensi dan komponen transmisi. Pesawat
ulang alik memakai komposit aluminium yang diperkuat serat boron pada orbiternya.
Selain itu, paduan super (berbasis Ni dan Co) juga dibuat dari komposit dengan penguat
logam refraktori, seperti tungsten.
8. 4. Komposit Bermatriks Keramik
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, keramik merupakan material yang tahan
oksidasi dan tahan terhadap suhu yang tinggi, namun memiliki kerapuhan luar biasa,
dengan nilai ketangguhan patah yang sangat rendah. Sifat ketangguhan patah ini
berhasil diperbaiki dengan mencampur keramik tersebut dengan penguat yang
berbentuk partikel, serat, atau whiskers yang juga terbuat dari keramik. Whiskers yang
berada pada komposit bermatriks keramik meningkatkan ketangguhan dengan cara
menghambat propagasi retak, tetapi tetap saja tipe patahan dari material ini bertipe
getas.
Komposit bermatriks keramik diperkuat dengan serat yang panjang maupun
pendek. Proses pembuatannya adalah melalui proses penekanan panas, penekanan panas
isostatik, atau sintering fase cair. Antara komposit berserat panjang yang diperkuat
dengan monofilamen dengan atau komposit berserat panjang yang diperkuat dengan
multifilamen yang panjang, tetapi memberikan efek penguatan terbaik adalah serat
monofilamen. Serat monofilamen dapat dihasilkan melalui proses chemical vapor
deposition (CVD) whiskers pada substrat yang terbuat dari tungsten atau serat karbon.
Tipe perpatahan komposit bermatriks keramik dengan serat yang panjang tidak bertipe
getas.
Berikut ini adalah sifat-sifat yang dimiliki komposit bermatriks keramik dengan
serat yang panjang:
a. Kekuatan mekanik yang tinggi (pada suhu yang tinggi sekalipun).
b. Ketahanan kejut panas yang tinggi.
c. Kekakuan yang tinggi.
d. Stabilitas panas yang tinggi.
e. Ketahanan korosi yang tinggi (pada suhu yang tinggi sekalipun).
f. Berat jenis yang rendah
Salah satu contoh komposit bermatriks keramik dengan serat yang panjang
adalah komposit bermatriks karbida silikon. Material ini difabrikasi dengan metode
infiltrasi uap kimia atau infiltrasi fase cair dari suatu material matriks ke sebuah bakalan
yang terbuat dari serat karbida silikon. Pemakaian material ini adalah sebagai lapisan
pembakaran pada turbin, heat exchanger, komponen pendorong roket, penyaring cairan
yang panas, dan aplikasi-aplikasi pada suhu tinggi lainnya. Contoh lainnya adalah
komposit karbon-karbon yang juga dihasilkan melalui metode infiltrasi uap kimia atau
infiltrasi fase cair dari material matriks ke suatu bakalan yang terbuat dari serat karbon.
Material ini sering dipakai untuk elemen pemanas, sistem rem yang canggih, cetakan
hot-pressing, dan komponen mesin pesawat. Komposit karbon¬karbon pernah dipakai
oleh pesawat luar angkasa Columbia pada bagian panel sayapnya. Namun demikian,
pemakaiannya kini mulai diperhitungkan menyangkut bencana yang terjadi pada saat
Columbia memasuki atmosfer bumi, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.2.
Gambar 8.2
Ledakan pesawat Columbia ketika memasuki atmosfer bumi pada tanggal 1 Februari
2003. Ledakan disebabkan karena kegagalan pada panel sayap Columbia yang
terbuat atas komposit karbon-karbon. Penyebab kegagalan bukan karena komposit
ini tidak mampu menahan panas, melainkan berlubang karena terkena busa saat
lepas landas. Sebelumnya, para ahli tidak percaya bahwa busa yang lunak dapat
merusak komposit yang keras tersebut, tetapi setelah dilakukan penyelidikan,
terbukti bahwa energi impak yang besar dapat melubangi komposit karbon-karbon
yang getas
8. 5. Komposit Struktural
Komposit struktural biasanya terdiri atas material homogen dan material
komposit, di mana sifatnya bukan hanya bergantung pada sifat material penyusunnya,
tetapi juga bergantung pada desain geometrinya. Material yang termasuk komposit
struktural adalah komposit laminar dan panel sandwich.
Komposit laminar terdiri atas lapisan-lapisan yang memiliki kekuatan pada arah
tertentu, misalnya kayu atau komposit polimer berpenguat serat searah dan kontinu.
Lapisan-lapisan tersebut ditumpuk dengan urutan arah serat tertentu (lihat Gambar 8.3).
Jadi, komposit laminar memiliki kekuatan yang tinggi pada arah tertentu yang sudah
didesain. Contoh komposit laminar adalah kayu lapis, kulit sayap pesawat terbang,
papan ski, dan lain-lain.
Gambar 8.3 Susunan lapisan-lapisan pada komposit laminar yang arah setiap lapisannya sudah
didesain sebelumnya.
Sumber: Diadaptasi dari William D. Callister, Jr., Materials Science and Engineering: An Introduction,
6th ed. (John Wiley Sons, Inc., 2004), Figure 16.16
Panel sandwich terdiri atas dua lapisan yang sangat kuat sebagai kulit terluar, di
mana dipisahkan oleh inti yang terbuat dari material yang kurang padat, di mana
memiliki kekakuan dan kekuatan lebih rendah. Kulit terluar akan menerima beban
bidang terbesar beserta tegangan tekuk. Material yang umum dipakai sebagai kulit
terluar adalah komposit polimer berpenguat serat, titanium, aluminium, atau Baja.
Inti dari panel sandwich memiliki dua fungsi, yaitu memisahkan kedua kulit dan
menahan deformasi yang terjadi pada arah tegak lurus bidang kulit, serta memberikan
kekakuan geser sepanjang bidang yang tegak lurus bidang kulit, lihat Gambar 8.4.
Banyak material yang dipakai sebagai inti, seperti busa (foam) polimer, karet sintetis,
semen inorganik, atau kayu balsa. Inti yang juga banyak digunakan adalah struktur
sarang lebah (honeycomb), di mana merupakan foil tipis yang dibentuk menjadi sel¬sel
heksagonal dengan sumbu tegak lurus terhadap bidang kulit. Material honeycomb dapat
dibuat dari material yang sama dengan kulitnya.
Aplikasi panel sandwich terbesar adalah pada sayap, fuselage, dan ekor sebuah
pesawat terbang. Selain itu, panel sandwich juga dipakai sebagai atap, lantai, dan
dinding bangunan.
Gambar 8.4 Ilustrasi skematis dari konstruksi inti honeycomb pada panel sandwich.
Sumber: Diadaptasi dari William D. Callister, Jr., Materials Science and Engineering: An Introduction,
6th ed. (John Wiley & Sons, Inc., 2004)
KERAMIK
BAB VII
KERAMIK
7. 1. Pendahuluan.
Kata keramik berasal dari bahasa Yunani, yaitu "keramikos" yang artinya
"bahan yang terbakar", yang menggambarkan bahwa sifat yang diinginkan dari
material ini dapat diperoleh dengan cara pembakaran. Hingga 50 tahun yang lalu,
material penting dalam kategori keramik adalah keramik tradisional, yang
terbuat dari tanah liat. Saat ini, pemahaman mengenai struktur keramik telah
berkembang sehingga material keramik memasuki dimensi yang baru, sebagai
material elektronik, komputer, komunikasi, angkasa luar, dan lain-lain. Bagi ahli
teknik, keramik mencakup berbagai jenis bahan seperti gelas, bata, batuan, beton,
amplas, enamel porselen, isolator dielektrik, batu tahan api, dan lain-lain.
Klarifikasi material keramik
Keramik biasanya merupakan isolator, tidak dapat diubah bentuknya dan
sangat stabil dalam lingkungan yang cukup ekstrem. Sebagian besar keramik
berstruktur kristalin dan merupakan senyawa antara unsur logam dan nonlogam, di
mana ikatan atomnya dapat merupakan ikatan ionik seluruhnya, ikatan kovalen
seluruhnya, atau campuran keduanya. Berbeda dengan logam, elektron bebas dalam
struktur keramik sangat sedikit. Elektronelektron tersebut dibagi dengan atom
atom yang berdekatan dalam ikatan kovalen atau berpindah dari atom satu ke yang
lainnya membentuk ikatan ion, sehingga atom menjadi terionisasi dan bermuatan.
7. 2. Klasifikasi Keramik
Berdasarkan aplikasinya, keramik dapat diklasifikasikan sesuai dengan gambar
7.1. Terlihat bahwa gelas termasuk keramik. Sementara, komposisi dari beberapa
jenis gelas dan keramik gelas dapat dilihat pada Tabel 7.1.
Tabel 7.1 Komposisi dan karekteristik dari beberapa jenis gelas komersial
7. 3. Struktur Kristal Keramik
Keramik terdiri atas minimal dua jenis unsur. Oleh karena itu, struktur kristalnya
lebih kompleks daripada logam. Ikatan atom pada keramik bervariasi dari ikatan ionik
murni hingga ikatan kovalen murni, yang bergantung pada elektronegativitas unsur
penyusun. Untuk keramik yang memiliki ikatan ionik murni, struktur kristalnya terdiri
atas ion-ion bermuatan, bukan atom seperti pada logam. Berikut adalah factor-faktor
yang memengaruhi struktur kristal keramik ionik.
1.
Jumlah muatan dari masing-masing ion penyusun.
Kristal keramik harus netral, di mana muatan positif harus sama dengan muatan
negatif. Hal ini tergambar dari rumus kimia senyawa keramik. Sebagai contoh,
setiap ion Ca memiliki muatan +2 dan ion F memiliki muatan -1, sehingga senyawa
keramik yang terbentuk adalah CaF2
2.
Ukuran relatif kation dan anion
Hal ini berkaitan dengan radius kation, rc dan radius anion, ra. Oleh karena
kation melepaskan elektron, maka ukurannya biasanya lebih kecil daripada anion,
sehingga rasio rc/ra lebih kecil dari satu. Setiap ion cenderung memiliki ion tetangga
berlawanan muatan sebanyak mungkin. Struktur kristal keramik yang stabil adalah
jika seluruh anion menempel dengan kation disekelilingnya (lihat gambar 7.2).
Bilangan koordinasi (yaitu jumlah anion tetangga dari sebuah kation) berhubungan
dengan rasio radius kation-anion. Untuk setiap bilangan koordinasi, ada nilai
minimum rc/ra agar terbentuk struktur yang stabil, yang nilainya semata-mata
berdasarkan faktor geometri. Bilangan koordinasi meningkat dengan
bertambahnya rc/ra Bilangan koordinasi dari beberapa kation-anion ditunjukkan
pada gambar 7.3
Gambar 7.2 Konfigurasi koordinasi anion-kation yang stabil dan tidak stabil
Struktur Kristal Tipe AX
Pada struktur ini, terdapat jumlah anion yang sama dengan jumlah kation. Ada
beberapa jenis struktur AX, yang diberi nama sesuai dengan material yang umum
memiliki struktur ini
Gambar 7.3 Bilangan koordinasi dan rasio rc/ra, untuk beberapa kation-anion.
.
Struktur Garam
Natrium Klorida (NaCI) merupakan material paling dikenal yang memiliki
struktur ini (lihat Gambar 7.4). Bilangan koordinasinya adalah 6 dan rc/ra berkisar
antara 0,414 hingga 0,732. Sel satuan merupakan struktur FCC Na dan Cl yang saling
menyatu. Contoh material lain dengan struktur kristal ini adalah: MgO, MnS, LiF, dan
FeO.
Gambar 7.4 Struktur Garam (NaCl)
.
Struktur Sesium Klorida
Gambar 7.5 menunjukkan struktur kristal sesium klorida (CsCl), dengan
bilangan koordinasi delapan untuk kedua ion. Anion berlokasi di pojok sel satuan, dan
kation berada di pusat. Struktur ini bukan BCC karena melibatkan dua jenis ion, tetapi
merupakan struktur kubik sederhana.
Gambar 7.5 Struktur Sesium Klorida (CsCl)
.
Struktur Zinc Blende
Bilangan koordinasinya adalah 4, dan semua ion terkoordinasi dalam struktur
tetrahedral. Struktur ini diberi nama zinc blende atau sphalerite, sesuai dengan nama
mineral dari seng sulfida (ZnS). Sel satuan dari ZnS ditampilkan pada Gambar 7.6, di
mana seluruh pojok dan permukaan sel kubik diisi oleh ion S2-. Sementara itu, ion Zn2+
mengisi posisi tetrahedral di dalamnya. Posisi kedua ion dapat saling bertukar sehingga
setiap atom terikat dengan empat atom tetangganya.
Gambar 7.6 Struktur Seng Sulfida (ZnS)
Struktur Kristal Tipe AmXp
Jika muatan kation dan anion tidak sama, senyawa dengan rumus kimia AmXp
akan terbentuk, di mana m . p .
1. Contoh dari struktur ini adalah fluorit (CaF2).
Rasio rc/ra sekitar 0,8 dengan bilangan koordinasi delapan. Posisi ion kalsium adalah
di pusat kubus dengan ion fluor di pojok, tetapi hanya setengah dari posisi pusat diisi
oleh ion kalsium. Satu sel satuan terdiri dari delapan kubus seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 7.7. Senyawa lain yang memiliki struktur ini adalah UO2,
PuO2, dan ThO2.
Gambar 7.7 Struktur fluorit (CaF2)
Struktur Kristal Tipe AmBnXp
Dimungkinkan juga bahwa struktur kristal keramik memiliki lebih dari satu
kation (dilambangkan dengan A dan B), sehingga rumus kimianya menjadi A.B.Xp.
Contohnya adalah barium titanat (BaTiO3), yang memiliki kation Ba2+ dan Ti4+
Struktur kristalnya sering disebut struktur kristal perovskit dan memiliki sifat
elektromekanis yang menarik, yang sering disebut sebagai piezoelektrik. Pada suhu
di atas 120°C, struktur kristalnya bertransformasi menjadi kubus. Sel satuan dari
struktur ini digambarkan pada Gambar 7.8. Keseluruhan struktur kristal keramik
yang umum dirangkum pada Tabel 7.2.
Gambar 7.8 Struktur kristal perovskit (barium titanat - BaTiO3)
Tabel 7.2 Rangkuman beberapa struktur kristal keramik yang umum
7. 4. Sifat-sifat Bahan Keramik
Sifat-sifat Mekanik Keramik
Keramik umumnya mempunyai kekerasan yang tinggi, di sisi lain keramik juga
memiliki ketangguhan yang rendah sehingga sangat rentan terhadap beban impak.
Namun demikian, tidak semua keramik keras. Terdapat pengecualian untuk talk,
lempung, dan mika yang memiliki kekerasan rendah. Material keramik keras karena
fase keramik tidak dapat mengalami deformasi plastik seperti yang diperlihatkan pada
kurva tegangan-regangan pada Gambar 7.9. Hasilnya, keramik dapat digunakan sebagai
material abrasif, seperti intan, Al2O3, TiC, dan SiC. Material TiC dan SiC merupakan
material penting dalam pembuatan kertas ampelas dan alat potong.
Gambar 7.9 Kurva hasil pengujian keramik Al2O3 (kristalin) dan gelas (amorf)
Keramik merupakan material getas dan paling kaku di antara material lainnya.
Kebanyakan material ini lebih kaku dari semua logam karena tidak dapat mengalami
deformasi plastik. Keramik hampir tidak memiliki keuletan sama sekali. Ketiadaan
keuletan pada keramik membuatnya sangat rentan terhadap beban impak, meskipun
ketahanan impak juga ditentukan oleh bentuk benda kerjanya. Benda kerja dengan
bagian sudut yang tajam dan tipis akan lebih lemah terhadap beban impak. Kekuatan
untuk material getas, seperti keramik, jarang sekali diukur melalui metode pengujian
tarik, tetapi lebih dipilih pengujian tekuk atau kelenturan. Pengujian kelenturan
dapat dilakukan dengan tiga atau empat titik. Gambar 7.10 menunjukan ilustrasi dari
pengujian tekuk tiga atau empat titik pada keramik. Hasil dari pengujian tekuk ini
adalah beban dan defleksi.
Pada logam, deformasi sering kali terjadi karena luncuran di antara bidang-bidang
kristal yang bersebelahan. Ketahanan terhadap tegangan geser pada logam umumnya
lebih rendah dari ketahanan terhadap tegangan tariknya. Perbedaan antara luncuran
yang terjadi pada logam murni dan luncuran yang terjadi pada keramik ditunjukkan
secara skematis pada Gambar 7.11. Susunan atom pada logam murni tetap sama setelah
terjadi luncuran satu tahap. Pada keramik, luncuran satu tahap yang terjadi akan
menciptakan susunan atom baru dengan tegangan ikat antaratom yang berbeda.
Susunan yang baru ini dapat terbentuk hanya dengan tegangan yang kuat untuk
memutuskan ikatan ion antara Mg2+ dan O2-. Selain itu, tegangan yang diperlukan
untuk terjadinya luncuran pertama dan tahap kedua harus mampu melampaui
tegangan tolak-menolak yang terjadi antara ion negatif-negatif dan ion positif-positif.
Mekanisme tersebut menghindarkan keramik untuk mengalami luncuran seperti
yang umumnya terjadi pada logam. Ketiadaan luncuran pada keramik menyebabkan
beberapa hal, antara lain:
1. Keramik tidak ulet
2. Kekuatan tekan dapat sangat tinggi jika tidak ada porositas
3. Kekuatan tarik secara teoritis dapat menjadi sangat tinggi.
Gambar 7.10 Ilustrasi skematis pengujian tekuk pada keramik, (a) tiga titik dan (b) empat titik.
Sumber: Diadaptasi dari www.substech.com.
Pada kenyataannya, kekuatan tarik keramik umumnya tidak terlalu tinggi.
Ketidaksempurnaan (yang terdapat) pada keramik dapat menimbulkan konsentrasi
tegangan pada material tersebut. Ketidaksempurnaan ini dapat berupa retak, porositas,
batas butir, dan mungkin desain bentuk material itu sendiri. Pada logam yang ulet,
konsentrasi-konsentrasi tegangan yang terdapat di dalamnya dapat dihilangkan melalui
anil pelepasan tegangan. Namun demikian, pada material yang getas seperti keramik,
hal tersebut mustahil untuk dilakukan.
Gambar 7.11 Perbandingan skematis proses luncuran (a) logam atom tunggal dan (b) keramik atom ganda.
Tegangan yang besar dibutuhkan untuk menggeser atom pada MgO, karena besarnya
tegangan tolak-menolak antar-ion sejenis.
Dalam Skala atom, peristiwa patah atau gagalnya suatu material padat karena
tegangan tarik sesungguhnya merupakan pemutusan ikatan-ikatan atom dan ion pada
material tersebut sehingga terbentuk dua permukaan baru. Apabila terdapat suatu
tegangan tarik yang bekerja pada bahan, maka bahan tersebut akan mengalami
deformasi elastis dan energinya disimpan sebagai energi elastis. Ketika terdapat cacat
pada bahan, cacat (ini) akan menjalar dan membentuk permukaan baru, sedangkan
energi elastis tadi akan dibebaskan. Penjalaran retakan ditentukan melalui hubungan
antara jumlah energi yang dibebaskan, energi permukaan yang baru terbentuk, dan oleh
panjang retakan. Teori tersebut dijelaskan oleh Griffith melalui rumus, sebagai berikut.
di mana FE adalah jumlah energi yang dibebaskan, FS adalah energi permukaan yang
baru terbentuk, dan C adalah panjang retakan. Jika terjadi ketidaksamaan dalam
persamaan ini, patahan akan terjadi. Apabila C pada (.F/.C) = 0 adalah Cm, dan
panjang retakan mula-mula adalah C0, maka retakan tidak tumbuh jika C0 < Cm. Dan,
keadaan kritis terjadi jika C0 = Cm.
Menurut teori ini, kekuatan material akan berkurang jika terdapat cacat atau
retakan pada material tersebut. Kekuatan patah material yang memiliki retakan
akan lebih kecil dari kekuatan asli bahan tersebut. Jika terdapat suatu retakan pada
material, persamaan berikut akan berlaku:
KIC adalah ketangguhan patah regangan bidang (plane strain fracture toughness),
Y adalah konstanta tanpa satuan yang bergantung pada material dan ukuran retak, s
adalah tegangan yang diberikan, dan a adalah panjang dari retak permukaan atau
setengah panjang retak dalam. Retak tidak akan menjalar selama Ys
.a lebih kecil
dari KIC. Nilai KIC diperoleh dengan mengukur panjang retakan tiruan yang dibuat pada
material tertentu. Dalam suatu perencanaan yang membutuhkan material, nilai KIC perlu
diketahui. Tabel 7.3 memberikan nilai KIC dari beberapa material.
Dari penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa secara teoretis, keramik
sangat tahan terhadap beban tarik atau beban tekan. Akan tetapi, oleh karena
terdapatnya cacat pada keramik, seperti porositas, material keramik menjadi tidak tahan
terhadap beban tarik. Ketahanan material keramik umumnya buruk terhadap tegangan
geser pada ujung retakan. Dengan demikian, keramik memiliki kekuatan tank yang jauh
lebih rendah dari kekuatan tekannya. Kekuatan tekan keramik dapat mencapai 5 hingga
10 kali kekuatan tariknya.
Tabel 7.3. Nilai KIC beberapa material
Sifat-sifat Kelistrikkan Keramik
Material yang tidak memiliki elektron bebas tidak memiliki konduktivitas listrik
yang tinggi (misal: logam) sehingga material keramik memiliki konduktivitas listrik
yang sangat rendah. Material keramik dengan ikatan ioniknya dapat memiliki sedikit
konduktivitas ionik, tetapi hal ini membutuhkan difusi ion dan biasanya hanya terjadi
dalam tingkatan yang rendah. Oleh karena itu, gelas menjadi isolator komersial pada
aplikasi elektronik.
Keramik juga tergolong sebagai material dielektrik (yaitu material yang memiliki
konduktivitas listrik sangat rendah, tetapi dapat menyimpan medan elektrostatik).
Konduktivitas listrik keramik berbeda-beda bergantung pada medan listrik dan suhu
yang diberikan. Hal ini disebabkan mekanisme transfer muatan yang bergantung pada
frekuensi. Lebih jauh, energi aktivasi yang dibutuhkan untuk migrasi muatan dapat
dicapai melalui energi kalor, sehingga muatan yang tak bergerak dapat menjadi
bergerak.
Faktor yang penting pada keramik adalah konstanta dielektrik. Konstanta
dielektrik, atau permitivitas listrik relatif, adalah sebuah konstanta dalam ilmu fisika.
Konstanta ini melambangkan rapatnya fluks elektrostatik dalam suatu bahan jika
diberikan potensial listrik. Konstanta dielektrik merupakan perbandingan energi
listrik yang tersimpan pada bahan tersebut, jika diberikan sebuah potensial listrik,
relatif terhadap keadaan vakum (ruang hampa). Konstanta dielektrik yang dimiliki
oleh keramik dimanfaatkan untuk membuat kapasitor, insulator, dan resistor.
Meskipun demikian, sebagian besar keramik memiliki konduktivitas listrik yang
sangat kecil, walaupun ada juga keramik yang memiliki sifat superkonduktif (tahanan
listriknya mendekati nol). Lantanum-barium-tembaga oksida adalah keramik yang
memiliki sifat superkonduktif pada suhu sebesar -135 °C. Suhu tersebut lebih tinggi
dari suhu superkonduktif superkonduktor lainnya (-243 °C) dan juga lebih tinggi dari
titik lebur nitrogen (-195,6 °C).
Ketika keramik digunakan sebagai isolator listrik, sangat penting bagi seorang
ahli teknik untuk memperhatikan seberapa baguskah keramik tersebut bertindak
sebagai isolator. Tahanan volume adalah suatu ukuran dari besarnya hambatan pada
material yang sudah diketahui volumenya. Besarnya tahanan volume diukur dengan
melewatkan suatu tegangan pada sebuah material yang sudah diketahui volumenya.
Hal tersebut diilustrasikan pada Gambar 7.12
Gambar 7.12 Pengukuran tahanan volume dari suatu material. Besarnya tahanan volume bergantung pada
panjang dan luas permukaan material tersebut
Besarnya tahanan volume adalah sama dengan luas area material dibagi
dengan ketebalan dan dikalikan dengan hambatan, sesuai dengan rumus berikut:
di mana: p adalah tahanan volume (dinyatakan dalam ohm-metres, O.m); R adalah
tahanan listrik dari material uji yang seragam (dinyatakan dalam ohm, O); l
adalah
panjang material uji (diukur dalam meter, m); dan A adalah luas penampang dari
material uji (dinyatakan dalam meter, m2)
Tidak seperti logam, tahanan volume keramik berkurang seiring dengan suhu
yang meningkat. Hal ini terjadi karena ion-lah yang menjadi konduktor yang bergerak
di dalam keramik, bukan elektron. Anion dan kation tentu saja lebih besar dari
elektron, sehingga membutuhkan energi untuk menggerakannya, yaitu panas. Oleh
karena itu, untuk menjadi isolator yang baik, keramik harus memiliki tahanan volume
yang tinggi pada suhu aplikasinya.
Sifat-sifat Kemagnetan Keramik
Sebagian keramik memiliki sifat magnetis yang baik. Terdapat dua jenis keramik
magnetis, yaitu keramik magnetis lunak dan keramik magnetis keras. Perbedaannya
adalah sifat kemagnetan pada keramik magnetis lunak dapat hilang ketika medan
magnet dihilangkan, sedangkan keramik magnetis keras tidak. Keramik magnetis lunak
dipakai untuk menggantikan besi pada alat-alat yang membutuhkan magnetisasi dan
demagnetisasi secara cepat. Keramik magnetis lunak juga sering disebut dengan sebutan
ferit. Keramik ini biasanya terbuat dari oksida M2+O.Fe23+O3, di mana M2+ adalah ion
logam, seperti Fe2+, Ni2+, Cu2+, dan Mg2+. Keramik yang tidak memiliki M2+ akan
bersifat diamagnetis, dan tidak dapat dimagnetisasi. Sifat yang penting pada keramik
magnetis lunak adalah permeabilitas dan hysteresis loss. Permeabilitas sangat penting
karena menyangkut kemudahan untuk magnetisasi. Di sisi lain, makna hysteresis loss
lebih pada energi yang hilang dalam proses magnetisasi. Hal tersebut penting karena
material dengan hysteresis yang besar dapat menjadi terlalu panas dalam pemakaiannya.
Keramik magnetis lunak menggabungkan dua sifat, yaitu sifat magnet yang
baik dan konduktivitas listrik yang rendah. Konduktivitas listrik yang rendah dapat
mengurangi kehilangan energi akibat adanya eddy-current yang terjadi jika material
diaplikasikan pada medan magnet yang tinggi. Oleh karena itu, aplikasi keramik
magnetis lunak lebih banyak pada aplikasi dengan frekuensi yang tinggi, seperti
antena, pengeras suara, Magnetic Resonance Imaging (MRI), dan alat perekam
audio visual.
7. 5. Jenis-jenis Keramik
7.5.1. Keramik Putih
Merupakan keramik yang terdiri dari tiga komponen utama yaitu lempungfelspar-
flint, namun demikian selalu ada suatu ketaktentuan dalam definisinya.
Keramik tanah berkapur dengan kadar kapur atau dolomit yang tinggi dihasilkan
secara luas di Eropa khususnya. Peralatan porselen mencakup berbagai jenis
peralatan makan, peralatan dapur untuk memasak dan pengawetan, alat-alat untuk
kelayakan hidup seperti mangkuk permen, pipa dan asbak, dekorasi seperti
jambangan bunga, hiasan dari sesuatu yang baru, alat-alat saniter seperti bak cuci
atau jambangan tempat buang air, tegel luar dan dalam rumah, isolasi, pipa dari
bahan tanah, gigi porselen, porselin kimia dan sebagainya. Jadi, keramik putih
digunakan dalam banyak segi. Ini mudah dimengerti mengingat bahwa produksinya
adalah yang tertua dalam peradaban manusia bersama-sama dengan pertanian
Keramik putih dapat digolongkan ke dalam keramik tanah, keramik batu dan
porselen oleh keadaan pembakarannya. Benda bakar yang putih, tak bersifat seperti
kaca dan strukturnya rapat, mempunyai daya serap air 3% atau lebih, disebut
keramik tanah. Keramik batu adalah benda bakar yang rapat, tak mempunyai
kepermeabelan terhadap gas atau cairan tanpa glasur, dan tak tembus cahaya.
Porselen juga rapat dan kedap udara seperti keramik batu, dan jernih karena adanya
fasa gelas dalam jumlah yang banyak. Untuk campuran yang sama, porselen
mempunyai temperatur pembakaran tertinggi. Namun demikian, temperatur
vitrifikasi (temperatur menjadi gelas), di mana benda berubah menjadi porselen,
berubah secara nyata karena jenis bahan mentahnya dan perbandingan
pencampurannya. Dari abad ke 17-18 orang Eropah sudah mulai terpesona oleh
porselen dari Negeri Timur lebih dari pada terhadap emas. Barang-barang tersebut
dibuat dari batu pot berkualitas tinggi yang divitrifikasikan pada temperatur yang
agak rendah.
Peralatan makan malam adalah sejenis alat makan berupa keramik putih
dengan set lengkap yang terdiri dari piring dan mangkuk dengan desain
seragam dan digunakan untuk makan malam. Klasifikasinya ditunjukkan dalam
Tabel 7.4. Dalam tabel, Mojolica aslinya adalah nama untuk keramik tanah
berkapur dari Itali dengan glasur tidak bening yang mengandung oksida timah,
tetapi kini barang yang dihias dengan glasur tak bening juga umumnya diberi nama
tersebut. Porselen cina sama kualitasnya seperti porselen, tetapi benda yang tak
berglasur dibakar polos, kemudian diglasur dan dibakar sampai mengkilap.
Porselen yang bersifat setengah gelas dibuat dengan pembakaran benda yang
diglasur secara bening dan dalam satu kali bakar. Dalam porselen tulang, abu
tulang atau kalsium fosfat ditambahkan kepada bahan dasar feldspar. Keramik cina
Belleek adalah porselen berwarna putih gading dan bahannya mengandung frit
sebagai fluks.
Tabel 7.4 Penggolongan piring makan
Komposisi peralatan putih tri aksial
Dari ketiga bahan mentah pokok peralatah putih, lempung memberikan
keplastisan dan kekuatan kering selama pembentukan, dan membentuk mulit dan fasa
cair pada pembakaran. Felspar meleleh pada temperatur tinggi dan berperilaku
sebagai fluks. Flint kurang reaktif meskipun sampai temperatur tinggi, dan memegang
peranan sebagai pengisi untuk mempertahankan bentuk benda, tetapi dapat menjadi
lelehan yang sangat kental pada temperatur tinggi. Komposisi khas dari berbagai
benda tertera pada diagram fasa kesetimbangan fasa silika-leusit-mulit (Gambar. 7.13).
Titik konstitusi dari sistem terner dari lempung-felspar-flin terdapat dalam segi tiga
yang menghubungkan silika, felspar kalium dan metakaolin. Perbedaan utama
pencampuran berbagai produk adalah dari jenis lempung dan felspar dan
perbandingan volumnya. Misalnya, bila banyaknya lempung dikurangi dan banyaknya
felspar bertambah maka bahan akan terjadi vitrifikasi pada temperatur rendah,
volume dari lelehan bertambah dan dicapai sifat tembus cahaya baik. Di lain pihak,
dengan lebih banyak lempung vitrifikasi tak terjadi sampai temperatur tinggi.
Namun demikian karena banyak lempung, porselen mudah dibentuk, kekuatan
mekaniknya baik ketahanan listriknya tinggi dan kehilangan induksinya kurang.
Oleh karenanya kualitas dan kwantitas lempung yang digunakan merupakan faktor
yang paling penting dalam penemuan metoda pembuatan produk.
Gambar 7.13 Daerah komposisi tiga sumbu dari keramik putih menunjukkan diagram
keseimbangan fasa dari silika-leusit-mulit
(W. D. Kingery: Introduction to Ceramics, (1960), John Wiley & Sons)
Untuk gigi porselen diperlukan kebeningan tinggi. Komposisinya paling
mendekati felspar menurut Gambar. 7.13, karena kecil dalam ukuran dan secara
relatif sederhana bentuknya. Di lain fihak, peralatan makan yang tipis dan hiasan
yang bentuknya rumit dibuat dengan membubut dan mengecor. Untuk mendapatkan
bentuk yang lebih baik, maka diperlukan lebih banyak lempung. Deformasi pada
saat vitrifikasi dapat juga dihindari oleh kadar lempung yang tinggi.
Dalam bahan yang dibentuk, felspar yang relatif kasar dan partikel kuarsa
didispersikan dalam matriks lempung yang halus. Felspar melebur pada kira-kira
1140 °C, tetapi bentuknya dapat dipertahankan akibat viskositas yang tinggi. Pada
kira-kira 1250 °C akibat reaksi dengan lempung di sekitarnya, felspar yang halus
hilang secara sempurna, dan dihasilkan mulit. Pada temperatur agak di atas 1000 °C
dihasilkan kristal mulit yang tidak bulat dan halus dalam lempung. Namun demikian,
temperatur kira-kira 1250 °C diperlukan untuk pertumbuhannya dan dapat dilihat di
bawah mikroskop. Pada temperatur yang lebih tinggi lagi kristal mulit tumbuh terus.
Sampai kira-kira 1250 °C tak ada perubahan menyolok yang dapat diamati pada
partikel kuarsa tetapi permukaannya mulai meleleh pada temperatur yang lebih
tinggi. Dengan bertambahnya temperatur, partikel berukuran kira-kira 20 mm melebur
pada 1350 °C, dan pada 1400 °C hampir tak ada kuarsa yang tinggal, dan porselen
terdiri hanya dari gelas dan mulit. Gambar. 7.14 dan Gambar. 7.15. menunjukkan
mikrograf hasil elektron skan dari keramik batu dan porselen. Spesimennya
dietsa dengan asam fluorida untuk menghilangkan fasa gelas. Proselen terdiri hanya
dari mulit dan gelas, fotograf menunjukkan kristal yang berkembang secara kusut dari
mulit seperti jarum. Dalam keramik batu, kebanyakan partikel kuarsa tak larut, dan
permukaannya tampak melebur. Selanjutnya, dengan mudah dapat diamati bahwa
mulit halus berkembang menjadi partikel lempung, dan mulit yang lebih besar
tumbuh pada tempat di mana semula terdapat partikel felspar.
Gambar 7.14 Mikrograf basil elektron scan dari keramik batu dietsa dengan asam fluor
Gambar 7.15 Mikrograf hasil elektron scan dari porselen dietsa dengan asam fluor
7.5.2. Gelas
Gelas adalah zat padat amorf terbentuk sewaktu transformasi dari cair menjadi
kristal. Titik transisi termodinamika yang disebut titik transisi gelas memisahkan gelas
dari cairan dingin lanjut. Tidak seperti keadaan kristal di sini tidak ada keteraturan
jarak panjang dalam konfigurasi atomnya tetapi hanya ada keteraturan jarak pendek.
Konfigurasi atom jarak pendek ini serupa dengan yang ada pada kristal yang
mempunyai komposisi kimia sama dari gelas itu.
Gelas dapat diklasifikasikan menurut penggunaannya sebagai bahan (Tabel 7.5),
juga dapat diklasifikasikan menurut komposisi kimia, gelas kapur soda, gelas
borosilikat, gelas halogenida, gelas khusus, dst.
Komposisi Kimia
(1)
Gelas lembaran
Gelas lembaran termasuk gelas kapur soda. Komponen utamanya adalah SiO2,
Na2O dan CaO, dan Al2O3, MgO dan SO3 sebagai subkomponen. Komposisi gelas
lembaran seperti yang ditunjukkan pada Tabel 7.6, agak berbeda-beda tergantung cara
produksinya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam viskositas yang diperlukan
untuk berbagai proses pencetakan.
Tabel 7.5 Klasifikasi gelas berdasarkan penggunaannya
Tabel 7.6 Komposisi kimia dari gelas rata
(2)
Gelas wadah
Banyak macam gelas wadah dan komposisi kimianya juga berbeda-beda pada
daerah yang luas. Seperti ditunjukkan pada Tabel 7.7, komponen kimia botol yang
diproduksi secara otomatik adalah gelas kapur soda. Peralatan makan dapat
digolongkan pada gelas kapur soda dan gelas timbal. Yang pertama dipakai untuk
piring dan mangkuk yang dibuat dengan mesin pres, dan untuk produksi masal
dibuat oleh mesin cetak otomatik, sedangkan yang kedua dipakai untuk peralatan
dibentuk dengan peniupan tangan dan untuk berbagai benda kerajinan. Tabel 7.8
menunjukkan komponen kimia utama dari produk tersebut di atas.
Tabel 7.7 Komposisi kimia gelas untuk botol
Tabel 7.8 Komposisi kimia gelas wadah
(3)
Gelas optik
Lebih dari 200 macam gelas optik dapat diperoleh. Jenis itu dilukiskan pada
Gambar. 7.16 terhadap indeks bias Nd (pada garis d dari Na, panjang gelombang 587,6
my) dan bilangan Abbe v. Bilangan Abbe juga disebut dispersi relatif ditentukan
sebagai berikut:
Gambar 7.16 Distribusi dari nd/vd bagi gelas optik
di mana NF indeks bias untuk panjang gelombang 486,1 mp dalam spektrum hidrogen,
Nc indek bias untuk panjang gelombang 626,3 mu juga dalam spektrum hidrogen.
Dalam gambar tersebut PSK dan PK adalah untuk gelas mahkota dan BaF, BaK, SSK,
BaLF, SK dan BaSF adalah untuk gelas barium. SF dan KF adalah untuk gelas flint,
LaK, LaF dan LaSF untuk gelas lantanum, dan TiF, TiSF, TiK untuk gelas khusus
mengandung fluorida (Tabel 7.9)
Tabel 7.9 Komposisi kimia gelas optik
(4)
Gelas fisikokimia dan gelas kedokteran
Gelas yang dipergunakan dalam bidang fisikokimia dan bidang kedokteran harus
memiliki ketahanan kimia yang tinggi, tahan papas dan tahan kejut termal yang baik.
Bahan yang mempunyai sifat tersebut adalah gelas kuarsa, gelas silikat tinggi, gelas
borosilikat dan gelas aluminosilikat (Tabel 7.10)
Tabel 7.10. Komposisi kimia dari gelas Psikokimia, gelas borosilikat, gelas
aluminosilikat.
(5)
Gelas listrik
Gelas yang utamanya untuk penerangan yaitu untuk bola lampu dan lampu
fluoresen. Gelas kapur soda dipakai untuk bola lampu dan gelas timbal yang berkadar
20-30% PbO dipakai untuk komponen bagian dalam. Gelas kapur soda dipakai juga
untuk lampu fluoresen (Tabel 7.11)
Tabel 7.11. Komposisi kimia dari gelas listrik.
Untuk tabung sinar katoda, dipakai gelas yang kurang berubah warna oleh
sinar elektron dan sinar-X, dan mempunyai absorpsi sinar X yang tinggi seperti
ditunjukkan pada Gambar. 7.17 tabung sinar katoda terdiri dari panel, tabung
funel dan leher, masing-masing dipergunakan gelas yang komposisi kimianya
berbeda. Untuk panel dipakai gelas yang mengandung BaO, SrO, PbO, dst,
dengan sifat koefisien absorpsi massa yang tinggi untuk sinar-X, dan untuk tabung
funel dipakai gelas yang mengandung PbO kira-kira 20% atau yang mengandung
PbO dan SrO. Untuk tabung leher dipalai gelas yang mengandung PbO, SiO dan
K20 sebagai komponen utama. Gelas ini mempunyai voltase putus yang tinggi
dan tahanan listrik yang tinggi.
Gambar 7.17 Tabung Sinar Katoda
7.5.3. Email
Produk email adalah benda yang permukaan logamnya dilapisi oleh gelas
anorganik. Bubuk gelas diletakkan pada permukaan dan dipanaskan untuk membuat
pelapisnya. Email diterapkan pada logam magnesium, aluminium, baja lunak, besi
cor, baja tahan karat dan paduan lain yang tahan panas. Permukaan logam ditutup
oleh gelas, yaitu salah satu bahan keramik yang khas, mempunyai sifat unggul dalam
ketahanan terhadap zat kimia, tahan panas dan tahan aus.
Email dapat digolongkan menurut logam dasarnya; email besi, email
aluminium, email baja tahan karat, email tembaga, email emas dan Perak dan
seterusnya.
Pelapisan keramik berbeda dari email biasa. Hal ini akan memperbaiki kualitas
permukaan dari bahan dengan penutupan permukaan berbagai bahan oleh keramik
seperti oksida, nitrida, borida dan silisida, dan dapat mencakup email dalam arti luas.
Keramik yang digunakan untuk pelapisan permukaan adalah sebagai berikut: TiC,
TiN, TiB2, Al2O3, SiC, ZrO2, ZrC, dan SnO2. Bahan-bahan ini dilekatkan pada
permukaan dari berbagai bahan oleh pengendapan uap kimia (CVD), pengendapan
uap fisik, dan injeksi lelehan oleh jet plasma.
Sifat dan Penggunaan
Email besi mencakup email baja lunak dan email baja cor. Yang pertama cocok
untuk benda berlempeng tipis, seperti wadah untuk makanan, papan pengumuman,
papan iklan dan konstruksi, bak mandi, tangki, wadah zat kimia dan wadah-wadah
lain yang besar ukurannya, karena dasar dari baja lunak dapat dengan mudah
dibentuk menjadi bentuk-bentuk ini. Bahan yang terakhir cocok untuk alat-alat yang
tebal dan peralatan seperti perabot gas, bak mandi dan katup-katup yang tahan
asam.
Komposisi kimia dari glasur untuk email besi didasarkan pada gelas borosilikat
(Tabel 7.12). Glasur harus menutupi logam dasar secara menyeluruh. Koefisien
pemuaian termal relatif antara lapisan glasur dan logam dasar sangat penting. Sudah
diketahui bahwa lapisan glasur bereaksi dengan oksida dari logam dasar selama
pembakaran, dan koefisien pemuaian termal lebih rendah dari logam dasarnya.
Kegunaan dari pelapis keramik adalah: (1) untuk peningkatan ketahanan aus,
ketahanan oksidasi dan ketahanan panas dari bahan-bahan dan/atau (2) pembenaran
dari fungsi baru terhadap bahan.
Suatu contoh dari perbaikan ketahanan aus adalah pelapisan dari cermet WCTiC-
C oleh TiC, TiN dan Al2O3 untuk perkakas mesin. Untuk peningkatan
ketahanan oksidasi, Al2O3, MoSi2, dan sebagainya, dilapiskan pada baja cetakan
temperatur tinggi, dan untuk perbaikan ketahanan panas keramik ZrO2-Y2O3
dilapiskan pada komponen turbin gas. Pelapisan dapat menurunkan temperatur
permukaan dari logam dengan jelas akibat hantaran termal dari keramik yang
rendah.
Tabel
7.12.
Beberapa email ferit
7.5.4. Keramik Refraktori
Refraktori adalah bahan anorganik bukan logam yang sukar leleh pada
temperatur tinggi dan digunakan dalam industri temperatur tinggi seperti bahan
tungku, dan sebagainya.
Sifat dan penggunaan refraktori mempunyai variasi yang luas dan terlalu
banyaknya jenis sangat menyukarkan penggolongan yang sistematis. Refraktori
kemudian digolongkan berturut-turut berdasarkan bahan bakunya, mineral
penyusun utamanya, sifat kimia, penggunaan dan bentuknya. Yang mempunyai
bentuk khas disebut bata tahan api dan lainnya tanpa bentuk khas disebut refraktori
bebas. Ini adalah penggolongan refraktori secara morfologi.
Tabel 7.13 menunjukkan penggolongan atas dasar bahan baku dan mineral
penyusun utama.
Refraktori bersilika mempunyai kadar SiO2 94-98% dengan kadar Al2O3 dan
alkali yang kecil, lebih baik. Sebagai bahan baku digunakan kuarsit alamiah, cert,
kuarsa berurat dan sebagainya.
Refraktori lempung dibuat terutama dari kaolinit, pirofilit dan mineral lempung
lainnya dari aluminium silikat terhidrasi. Komponen kimia utama adalah SiO2 dan
Al2O3. Secara umum kadar Al2O3 kurang dari 50%.
Beberapa refraktori alumina tinggi mengandung lebih dari 50% alumina, dan
sifat refraktorinya lebih tinggi dari SK 35. Ada bata silimanit yang dibuat dari kianit
alamiah (Al2O3.SiO2) dan mulit (3Al2O3.2SiO2) - korundum (Al2O3), bata dibuat
dengan peleburan listrik. Bata dari komposisi Al2O3 yang hampir murni disebut bata
alumina dan dibuat secara penyinteran atau secara peleburan listrik.
Refraktori krom mempunyai spinel krom (FeO-Cr2O3, MgO.Cr2O3) sebagai
mineral penyusun dasar. Ada refraktori krom yang dibuat secara penyinteran dari
kromit sebagai bahan baku utama dengan aditif lempung, dan ada yang dibuat secara
penyinteran dari kromit dengan klinker magnesia sebagai aditif.
Baik megnesia krom, maupun refraktori magnesia dan krom terdiri dari periklas
(MgO), forsterit (Mg2SiO4), spinel (MgO.Al2O3) dan fasa gelas yang mengandung
lebih dari 50% magnesia disebut refraktori magnesia-krom dan yang mengandung
kurang dari 50% magnesia disebut refaraktori krom-magnesia. Bahan tersebut dibuat
dengan penyinteran kromit dan klinker magnesia.
Refraktori magnesia dibuat dari klinker magnesia sebagai bahan baku utama,
dan mineral penyusun dasar adalah periklas (MgO). Klinker magnesia yang sangat
murni mengandung kira-kira 99% MgO. Bata magnesia yang dibuat dari klinker ini
disinter pada temperatur tinggi yaitu setinggi kira-kira 1800 °C.
Refraktori karbida silika terutama terdiri dari karbida silikon (SiC), mulit
(3Al2O3.2SiO2) dan fasa gelas. Bahan baku utamanya adalah karbida silika, yang
dibuat dari batu bersilika (SiO2) dan kokas yang dipanaskan dalam tungku tahanan
listrik pada atau di atas 2200 °C.
Sifat dan Penggunaan
Hubungan yang erat terdapat antara komponen kimia refraktori dan berbagai
sifat penting selama penggunaan praktis. Hubungan yang ditunjukkan pada Gambar.
7.18 terdapat antara sifat refraktori dan komposisi kimia refraktori SiO2-Al2O3. Dari
gambar terlihat bahwa sifat refraktori dari refraktori SiO2-Al2O3 berubah dengan
perbandingan SiO2/Al2O3 dan nilainya hampir sesuai dengan temperatur fasa cair
dari sistem biner SiO2-Al2O3. Selanjutnya, komposisi pada kira-kira 5% Al2O3
adalah titik entektik dalam diagram kesetimbangan dari sistem SiO2-Al2O3, dan
sistem ini mempunyai temperatur fasa cair terendah. Andaikan suatu tungku
disusun sehingga refraktori silika dan alumina saling berhubungan langsung, maka
akan bereaksi pada titik pertemuan meskipun pada temperatur yang diharapkan masih
dapat diterima untuk sifat refraktorinya. Jadi kerusakan dari tungku dapat terjadi
pada temperatur yang lebih rendah dari yang diharapkan. Hal ini mudah dilihat dari
diagram kesetimbangan sistem SiO2-Al2O3.
Seperti dinyatakan semula, pengetahuan mengenai komposisi kimia dari
refraktori tidak hanya diperlukan untuk estimasi sifat refraktori, tetapi juga
membantu penggunaan diagram kesetimbangan untuk meramalkan kerusakan yang
mungkin disebabkan oleh reaksi kimia antara refraktori dan bahan yang berhubungan
dengannya pada temperatur tinggi
Refraktori bersilika dan alumina adalah refraktori asam dan refraktori magnesia
dan dolomit adalah refraktori basa yang khas. Refraktori krom adalah netral. Dengan
menggolongkan refraktori secara kasar seperti dinyatakan di atas berdasarkan sifat
kimianya, perkiraan kecenderungan reaksi dengan refraktori adalah mungkin, karena
sifat kimia bahan yang berhubungan langsung dengan refraktori pada temperatur
tinggi. Misalnya, untuk pelapis kiln penyinter klinker semen, dipakai refraktori spinel
yang netral atau refraktori basa. Klinker semen adalah basa dan bereaksi bebas
dengan refraktori asam pada temperatur tinggi.
Tabel
7.13.
Hubungan
antara
karakteristik
dan
penggunaan dari
bata tahan
api
utama
Tabel 7.13..
Lanjutan
7.5.5. Isolator Termal
Bahan isolasi anorganik dari mineral alam telah lama dipergunakan. Pada masa
sekarang permintaan akan bahan ini sangat meningkat dimulai dari penghematan
sumber dan energi mengarah kepada perbaikan sifat dan pengembangan bahan baru.
Bahan isolasi termal dari kebanyakan bahan anorganik dapat digolongkan menurut
bentuk menjadi jenis bubuk-butiran, jenis serat dan bungkahan. Bahan dalam bentuk
bubuk atau butiran adalah bahan otoklaf dari kalsium silikat, perlit, vermikulit, silika gel
butir halus, dan bahan yang berbentuk serat adalah asbes, wol batu, wol slag dan serat
keramik. Kebanyakan dari bata api isolasi berbentuk bungkah, tetapi sekarang tumbuh
pesat sekali pembuatan refraktori yang dapat dicorkan. Bahan isolasi jenis bubuk dan
butiran sering dipergunakan setelah dibuat bentuk pelat atau bentuk bata.
Salah satu sifat dasar yang diperlukan bagi bahan isolasi adalah hantaran termal
yang rendah. Umumnya konduktivitas termal dari bahan keramik lebih rendah dari pada
bahan logam. Gas memiliki konduktivitas termal yang lebih rendah daripada bahan
padat, dan bahan yang mengandung banyak udara memberikan struktur yang menahan
perpindahan panas dengan konveksi oleh udara sehingga memiliki isolasi termal yang
baik sekali
Temperatur untuk bahan isolasi termal berkisar antara -250 °C sampai 1500 °C.
Perlu memilih bahan yang paling cocok untuk keperluan pada masing-masing
penggunaan
Bahan isolasi termal bentuk serat
Asbes adalah bahan mineral yang berupa serat terbentuk secara alamiah,
ditemukan di alam sebagai krisotil, amosit, krosidolit, dst. Asbes dapat dipakai sebagai
bahan isolasi setelah mineral tersebut dilepaskan menjadi bentuk seperti kapas.
Sekarang telah tersedia isolator dalam bentuk kain asbes, tali ashes dan spon asbes.
Spon ashes akhir-akhir ini dikembangkan sebagai bahan isolasi termal yang mempunyai
sifat fleksibel dan tahan pangs yang baik sekali.
Wol slag dan wol batu berturut-turut dibuat dari slag tanur tinggi dan dari batuan
gunung berapi. Bahan baku dicairkan dalam kupola atau tanur listrik dan dibuat menjadi
serat halus. Permukaannya dilapisi resin agar tahan terhadap air. Bahan ini
dipergunakan terutama sebagai isolasi pada pekerjaan konstruksi.
Serat keramik termasuk wol gelas kuarsa, serat Al2O3-SiO2 dan serat alumina.
Serat keramik ini memiliki sifat khas sebagai berikut:
a. Tahan terhadap temperatur tinggi
b. Ringan dan sangat baik sebagai isolator
c. Tahan terhadap kejutan termal
d. Secara kimia, stabil dan
e. Dapat dibuat menjadi berbagai bentuk
Bahan ini dibuat menjadi bentuk seperti kapas, felt dan lembaran tipis dan
dipakai sebagai bahan isolasi yang baik sekali untuk lapisan dinding tanur, untuk
tanur temperatur tinggi, dst. Bahan ini dipergunakan juga sebagai bahan isolasi untuk
ketel uap, turbin dan gas buang, peralatan permurnian, dst. (Gambar. 4.48), karena
bahan ini stabil secara kimia dan sukar patah oleh getaran
Gambar 7.18 Produk dibuat dari serat keramik
Bahan isolasi dalam bentuk bubuk dan bentuk bata
Bahan otoklaf kalsium silikat secara kasar dapat digolongkan kepada bahan yang
terutama terdiri dari tobermorit Ca5(Si6O18H2).8H2O dan yang terutama terdiri dari
ksonotlit Ca6Si6O17(OH)2. Kedua bahan tersebut hampir memiliki sifat yang sama
dalam hantaran termal, tetapi bahan isolasi termal dari ksonotlit lebih unggul
daripada bahan isolasi yang terbuat dari tobermorit karena tahan terhadap gas karbon
dioksida, dan memiliki penyusutan rendah pada temperatur tinggi. Bahan tersebut
dipergunakan sebagai bahan isolasi tahan api pada bangunan bertingkat banyak,
bahan isolasi perumahan, bahan penyekat antara bagian panas dan bagian dingin, dan
sebagainya.
Kalau ukuran porus dibuat lebih kecil dari lintasan bebas rata-rata dari gas yang
terperangkap dalam porus, maka penembusan gas sangat terhalang, hal ini
menurunkan perpindahan panas oleh pergerakan gas. Berdasarkan azas ini, maka
dibuat bahan isolasi termal dari butiran halus silika gel, karbon hitam dan oksida
titanium. Bahan isolasi untuk tanur adalah bahan isolasi termal yang sejak lama telah
dipergunakan yang memiliki sifat refraktori baik sekali. Bahan ini harus memiliki
sifat: (1) ringan, (2) refraktori yang baik sekali, dan (3) baik sebagai isolasi
termal.
Bata tahan api alumina sebagai isolasi untuk temperatur tinggi terdiri dari
90-99% Al2O3, yang memiliki sifat khas: (1) tahan korosi terhadap slag asam dan
basa, (2) tahan terhadap gas pereduksi seperti gas H2, (3) tahan rontok (spalling) yang
sangat baik. Bahan ini dipakai untuk lapisan tanur penganil baja tahan karat,
tungku penyolder, tungku perlakuan panas untuk semikonduktor dan tungku
bergas hidrogen
Bata tahan api isolasi termal terbuat dari bahan bersifat silikat memiliki sifat
khas (1) temperatur pelunakan beban tinggi (2) stabil secara termal pada temperatur
tinggi dan (3) tidak bereaksi dengan bata silika pada temperatur tinggi. Bata
ini dipergunakan sebagai lapisan refraktori silikat dalam tanur tinggi, lapisan
penahan pada tanur pelebur gelas dsb.
7.5.6. Material Abrasif
Bahan anorganik keras yang dipergunakan sebagai bahan pemotong dan
pemoles: logam, kayu, plastik keramik dsb, dinamakan bahan abrasif. Bahan ini
dipergunakan dalam bentuk butir atau bubuk, dan dibuat dalam bentuk perkakas
seperti batu gerinda kain dan kertas ampelas. Berbagai macam proses pemesinan
mempergunakan bahan abrasif. Pengelapan (laping) mempergunakan bahan abrasif
dicampur pelumas, penggosokan mempergunakan kompon abrasif dicampur minyak
atau fet, dalam pemolesan laras bahan pemoles dimasukkan ke dalam laras dan
digosokkan dengan gerakan memutar, dalam proses injeksi bahan abrasif
disemprotkan, dan dalam proses ultrasonik bahan abrasif membentur bahan.
Sebagai perkakas bahan abrasif dibuat batu gerinda, batu hon, batu superfinis, kain
ampelas dan kertas ampelas
Abrasif
Dapat diperoleh abrasif buatan dan abrasif alam, seperti ditunjukkan dalam
Tabel 7.14 yang dibagi menjadi penggerindaan dan pengelapan. Dalam tabel, ampelas
berarti kristal korundum di mana magnetit halus didispersikan. Nitrida boron adalah
fasa tekanan tinggi dan dibuat seperti intan di bawah temperatur dan tekanan tinggi.
Abrasif yang paling banyak dipergunakan untuk berbagai maksud pada saat ini,
adalah alumina dan karbida silikon. Intan, nitrida boron dan karbida boron dipakai
untuk pemolesan bahan sangat keras. Garnet dipergunakan untuk pemolesan gelas
dan untuk kertas ampelas kayu.
Tabel 7.14. Klasifikasi dari abrasif.
Bahan abrasif dihancurkan dan diayak dengan berbagai cara. Bubuk halus
dipisah-pisahkan menjadi ukuran-ukuran butir tertentu. Sifat khas yang penting
dari bahan abrasif adalah sifat bahan mineral dan strukturnya, komposisi kimia
ukuran butir, bentuk partikel, masa jenis butir, kekerasan, keuletan dan
ketahanan aus.
Batu Gerinda
Batu gerinda yang sekarang dipakai di industri adalah batu gerinda buatan di
mana butir bahan abrasif diikat satu sama lain oleh berbagai bahan pengikat
(Gambar. 7.19). Pengikat utama adalah gelas atau porselen yang dibuat dengan
pengadukan dan menyinteran dengan felspar, lempung pasir silika dan juga dipakai
berbagai resin seperti resin fenol. Batu gerinda yang mempergunakan pengikat yang
disebut pertama dinamakan batu gerinda gelasan dan yang diikat oleh resin dinamakan
batu gerinda resinan. Di samping itu dipergunakan juga beberapa pengikat seperti
karet alam atau karet buatan dengan sejumlah besar belerang, natrium silikat dicampur
dengan oksida seng dan resin selak alam
Pada pemakaian batu gerinda, butiran pemotong terikat di tempat oleh bahan
pengikat sampai satu saat jatuh dan diganti oleh butiran baru di bawhnya.
Selanjutnya, rongga pori memegang peran penting sebagai tempat untuk bahan yang
jatuh tergores atau memberikan sudut garuk pada penggerindaan, dan meradiasikan
panas yang terjadi, dst. Jadi butir, pengikat dan pori adalah tiga faktor utama yang
penting pada batu gerinda. Batu gerinda gelasan atau yang divitrivikasikan sangat
banyak dipakai karena ketiga faktor tersebut sangat mudah dikendalikan dan
ketahanan panasnya sangat baik, pemakaiannya terutama sangat menonjol pada
penggerindaan presisi. Di lain fihak gerinda resinan dapat dipakai pada putaran
tinggi karena kekuatan tariknya yang tinggi, dengan memanfaatkan sifat khasnya
batu gerinda ini dipakai untuk pengerjaan penyelesaian yang sederhana dan untuk
membuang sirip pada coran
Tiga jenis batu gerinda intan dapat diperoleh, yaitu yang diikat logam,
diikat resin dan yang diikat oleh lempung grafit. Batu gerinda yang diikat oleh
logam ada dua jenis, yaitu yang diikat oleh paduan tembaga dan yang diikat oleh
WC sebagai pengikat dasar dan paduan Cu-Ni sebagai pengikat kedua. Yang kedua
adalah batu gerinda keras dipakai untuk memotong beton
Gambar 7.19 Batu gerinda
Ampelas
Kain ampelas dan kertas ampelas terdiri dari bahan dasar, abrasif dan
perekat, susunan umumnya ditunjukkan dalam Gambar. 7.20. Ampelas dibuat
dalam bentuk lembaran, gulungan, pita ban, piringan dst (Gambar. 7.21). Ada
berbagai variasi yang dapat diperoleh yang ditentukan oleh kombinasi abrasif
dalam: jenis, ukuran butir, lapisan dan kerapatan lapisan, jenis bahan dasar (kain
atau kertas), perekat biasa atau resin fenol, dst. Di samping itu ada jenis basah
dan jenis kering. Untuk jenis basah, bahan dasar diolah terlebih dahulu dengan
mempergunakan resin cair, dst, dan perekatnya diambil dari jenis yang tahan
air.
Gambar 7.20 Gambar skema dari struktur kain/kertas ampelas
Gambar 7.21 Kain dan kertas ampelas
(The Ceramic Society of Japan: Ceramic Engineering Handbook, Gihodo)
7.5.7. Keramik Khusus
Keramik Elektronik
1)
Bahan Isolasi
Isolator, soket, tombol kontak adalah jenis keramik isolasi yang mempunyai
sejarah paling tua. Kebanyakan dibuat dari barang tanah dan porselen, dan sekarang
juga masih dipakai secara luas sebagai isolator frekuensi rendah. Sedangkan isolator
yang memerlukan ketahanan yang baik terhadap kejutan termal seperti pada pelindung
busur listrik dan inti pembatas arus dipakai keramik kordierit
Bahan keramik peralatan putih tidak dapat dipakai sebagai isolator dalam
daerah frekuensi tinggi karena kerugian daya listriknya besar. Dalam pada itu berbagai
bahan isolasi telah dikembangkan untuk memenuhi berbagai persyaratan sesuai
dengan perkembangan dalam bidang elektronik (Gambar. 7.22). Penggunaannya
bervariasi luas dan yang utama adalah: Busi, kotak alas IC, alas semikonduktor, alas
tahanan, berbagai alas komponen rangkaian, bola lampu natrium tekanan tinggi
(alumina baur cahaya). Sifat khas yang diinginkan sedikit berubah menurut
penggunaan, tetapi pada umumnya adalah sebagai berikut:
a.
Tan d
yang menyebabkan kerugian listrik harus kecil
b.
Kekuatan mekanik yang tinggi
c.
Tahan panas
d.
Tidak ada perubahan terhadap waktu, dan
e.
Tegangan/voltase putusnya tinggi
Gambar 7.22 Isolator
Sebagai tambahan terhadap sifat di atas, untuk beberapa jenis
pemakaian diperlukan sifat berikut:
a.
Konstanta dielektrik yang kecil (untuk memperkecil berkurangnya propagasi
sinyal.
b.
Konduktivitas termal yang tinggi (untuk memperbaiki radiasi termal dalam
isolator daya tinggi)
c.
Koefisien pemuaiannya kira-kira sama dengan Si (kalau menempel pada Si)
d.
Dapat dilogamkan dengan baik (Ini penting untuk penyesuaian dan pemisahan
kabel penyalur)
Alumina merupakan bahan isolasi yang sangat baik yang dapat memenuhi
hampir semua persyaratan yang diminta di atas. T'abel 7.15 menunjukkan sifat-sifat
isolator utama
Tabel 7.15 Berbagai sifat utama bahan isolasi
2)
Bahan Dielektrik
Penggunaan yang paling penting dari dielktrik keramik adalah untuk kapasitor.
Kapasitor keramik secara garis besar diklasifikasikan menurut bentuk yaitu yang
berbentuk piringan atau pelat dielektrik satu lapis dan yang lapisannya banyak disebut
jenis laminasi (Gambar. 7.23). Selain itu diklasifikasikan juga oleh sifat khas
dielektrik yaitu untuk kompensasi temperatur dan untuk konstanta dielektrik yang
tinggi
Gambar 7.23 Struktur kapasitor keramik
Kapasitor kompensasi temperatur dipakai untuk kompensasi perubahan
temperatur dari komponen elektronik seperti lilitan, tahanan dan osilator kristal.
Gambar. 7.24 menunjukkan hubungan antara konstanta dielektrik dari bahan utama
dan koefisien temperatur yang merupakan ukuran dalam perubahan konstanta
dielektrik terhadap temperature.
Gambar 7.24
Hubungan antara konstanta dielektrik dengan koefisien temperatur dari dielektrik
temperatur terkompensasi
3)
Bahan Piezoelektrik
BaTiO3 adalah bahan keramik pertama yang dipergunakan sebagai
piezoelektrik. Kemudian ditemukan bahwa larutan padat PbTrO3-PbTiO3 (PZT)
mempunyai sifat piezoelektrik lebih unggul, dan dengan demikian memperluas
penggunaan keramik piezoelektrik secara lebih berarti. Dengan menambah komponen
ketiga Pb (Mg1/3Nb2/3)O3, Pb(Y1/3Nb2/3)O3, dst kepada PZT maka daerah pemilihan
lebih diperluas dalam: titik curie, konstanta dielektrik, koefisien kualitas mekanik dan
konstanta lainnya. Tabel 7.16 menunjukkan daftar pengunaan piezokeramik
Tabel 7.16 Bidang Penggunaan keramik piezoelektrik
4)
Bahan Semikonduktor
Dalam bahan keramik semikonduktor, termistor, varistor dan sensor digunakan
secara praktis.
Termistor, resistor yang peka sepenuhnya secara termal, secara harfiah berarti
semikonduktor keramik dengan variasi termal yang tinggi. Ada termistor dengan
koefisien temperatur negatif (NTC), dimana tahanan berkurang dengan bertambahnya
temperatur, termistor dengan koefisien temperatur positif (PTC), yang tahanannya
bertambah menurut temperatur dan resistor temperatur kritik (CTR) yang tahanannya
berubah tajam pada temperatur kritik (Gambar. 7.25)
Gambar 7.25 Hubungan antara temperatur dengan tahanan listrik dalam termistor
NTC dibuat dengan mancampurkan berbagai oksida logam, dari logam Mn,
Co, Ni, Cu, Fe, dan sebagainya, dan disinter dalam atmosfir pengoksid. PTC yang
khas adalah keramik BaTiO3, yang dibuat menjadi semikonduktor oleh penambahan
sedikit Y2O3. Komponen utama dari CTR adalah VO2i yang ditambah oksida Sr, P
atau B dan disinter dalam atmosfir yang mereduksi dan dicelup dingin. Kebanyakan
termistor dibuat dalam bentuk butiran, piringan, cincin dan batang (Gambar. 7.26).
Butiran dipergunakan untuk pengukuran dan pengendalian temperatur secara teliti
sekali. Piringan dipakai untuk kompensasi temperatur bagi transistor. Cincin
dipakai untuk pengendalian arus pada penyalaan lampu, sedangkan CTR
dipergunakan untuk sensor panas yang sangat dapat diandalkan. PTC dalam
bentuk sarang tawon memiliki fungsi pengendalian sendiri dari temperatur dan
didistribusikan sebagai pemanas yang aman.
Gambar 7.26 Termistor
Varistor dipakai untuk tahanan variabel, merupakan istilah umum bagi bahan
yang memiliki perubahan tahanan yang sangat karena adanya tegangan listrik. Salah
satu bahan ini adalah SiC dan ZnO. Hubungan antara arus (A) dan tegangan (V) dari
varistor dinyatakan dalam persamaan A=(V/C)a, di mana a diinginkan sebesar
mungkin (Gambar. 7.27) dan C adalah konstanta.
Gambar 7.27 Karakteristik tegangan-arus dari varistor
Varistor SiC dibuat dari bubuk SiC dengan menambahkan lempung atau
pengikat lainnya diaduk dan disinter dalam atmosfir pengoksid. Harga a pada
umumnya 3,3-5. Varistor ZnO dibuat dari ZnO dibubukkan secara halus dan
ditambahkan kepadanya sedikit Bi2O3 atau CoO, MnO, Sb2O3 dan kemudian disinter.
Harga a umumnya sekitar 30-50.
Varistor menyerap tegangan tandingan yang terjadi pada saat pemutusan arus
pada beban. Contoh khas adalah peniadaan loncatan api listrik terjadi pada kontak
relay. Juga dipergunakan secara luas untuk menahan suara berisik pada motor ukuran
kecil, tegangan lebih, pelindung pada berbagai rangkaian listrik dan komponen, dst.
Varistor SiC memiliki harga a yang kecil, tetapi mempunyai ciri khas bahwa dapat
dipakai untuk keadaan beban tetap dan untuk daya yang besar
Di samping termistor tersebut di atas, berbagai sensor semikonduktor sedang
dikembangkan. Sensor untuk menditeksi gas propan atau gas kota adalah bahan porus
yang terutama terdiri dari SnO2, ZnO atau Fe2O3. Perubahan tahanan dari
semikonduktor karena adanya kontak dengan gas dimanfaatkan untuk mengetahui
adanya gas. Sensor lembaban dipergunakan untuk pengendalian alat penyegar udara
dan tungku elektronik. Bahan sensor lembaban adalah MgCr2O4-TiO2, TiO2-V2O5 dan
keramik porus lainnya, dipergunakan dengan memanfaatkan sifat penurunan tahanan
dengan bertambahnya lembaban.
Keramik Magnet
Seperti talah dikemukakan bahwa bahan magnet yang berupa oksida yang
disebut ferit banyak sekali dipergunakan. Tabel 7.17 menunjukkan penggunaannya.
Ferit digolongkan menjadi bahan magnet lemah yang arah pemagnetannya dapat
dibalik oleh medan magnet lemah, dan bahan magnet keras yang sekali dimagnetkan
dapat menahan sifat magnetnya meskipun medan magnet luar ditiadakan sehingga
merupakan magnet permanen. Golongan pertama terutama dari ferit spinel dan yang
kedua hampir semua ferit magnetoplumbit
Tabel 7.17 Bidang penggunaan dari bahan oksida magnetik
Bahan Refraktori Tempeatur Tinggi
Dengan berjalannya perkembangan teknologi, diperlukan bahan yang dapat
tahan temperatur yang makin tinggi, dan pengembangan bahan tahan temperatur tinggi
mempercepat kemajuan lanjut teknologi temperatur tinggi. Reaktor atom, Pembangkit
Tenaga Magnetohidrodinamik (MHD), motor roket, turbin efisiensi tinggi adalah
contoh terdahulu. Dapat diperoleh banyak bahan yang memiliki titik cair dan
temperatur penguraian di atas 2000°C. Tetapi jumlah bahan tersebut yang dapat
dipergunakan secara praktis adalah terbatas sekali
Oksida bersifat stabil kalau dipergunakan di udara atau pada medium
pengoksid. Al2O3 (2015°C)* banyak terdapat di sumber dan dipergunakan secara luas.
BeO (2550 °C) adalah oksida yang memiliki konduktivitas termal tinggi dan secara
kimia stabil baik sekali, tetapi mahal dan bersifat racun. CaO (2600°C) mempunyai
sifat buruk mudah mengikat air meskipun disinter secara mampat MgO (2800°C)
murah dan stabil terhadap logam cair tetapi mudah menguap. ThO2 (3300°C) memiliki
titik cair tertinggi di antara oksida-oksida, dan memiliki ketahanan panas sangat baik
tetapi mengandung unsur radioaktif. Y2O3 (2410°C) banyak dipergunakan sebagai
penyetabil ZrO2 dan ia sendiri memiliki ketahanan panas yang baik. Tidak terdapat
cukup banyak di alam dan mahal. ZrO2 dapat distabilkan oleh Y2O3 atau MgO tetapi
ZrO2 yang telah distabilkan mempunyai titik cair rendah sedangkan yang murni titik
cairnya 2677 °C. Tetapi bahan ini sangat berguna sebagai bahan tahan panas dan
sebagai keramik elektronik.
Dalam medium bukan pengoksid C (> 3550°C), B4C (2450°C) dan BN (~
3000°C) dapat dipergunakan pada 2000°C atau lebih. BN heksagonal serupa dengan
grafit dilihat dari strukturnya. Bahan ini merupakan isolator listrik dan disebut grafit
putih dan memiliki sifat mekanik serupa dengan grafit. B4C terkenal bukan sebagai
bahan tahan panas tetapi dipakai untuk perkakas ultra keras sebagai mana halnya WC
(2865°C) dan BN heksagonal. Di udara sampai 1500 °C, SiC, Si3N4, AIN dan SIALON
(Si3N4-Al2O3) tahan untuk dipergunakan. Bahan tersebut bukan saja tahan panas tetapi
juga berkekuatan tinggi pada temperatur tinggi.
Karbon dan Grafit
Grafit mempunyai struktur kristal dengan jaringan lapisan teratur dari enam
atom karbon terikat. Ada beberapa jenis karbon dalam keadaan amorf dan juga
berbagai keadaan tengah, antara keadaan amorf dan keadaan kristal. Secara morfologi
karbon ada dalam berbagai bentuk; bubuk karbon aktif, pelumas padat dan karbon
seperti gelas yang terlihat seperti gelas hitam yang sangat keras. Oleh karena itu jenis
dan penggunaan karbon sangat luas yang diikhtisarkan dalam Gambar. 7.28. Sekarang
sudah ada produksi masal dari serat karbon yang elastik dan dengan sifatnya yang
ringan bahan ini memberikan harapan pada berbagai penggunaan.
Gambar 7.28 Ienis dan penggunaan produk karbon Gambar 7.28 Ienis dan penggunaan produk karbon
Keramik Teknik
Mempergunakan keramik sebagai komponen penting dan presisi menghadapi
banyak masalah. Kegetasannya menyebabkan sukar untuk dimesin, tidak cukup ulet
dan tidak cukup kuat serta kualitasnya yang tidak merata. Akan tetapi kemajuan yang
dicapai sekarang dalam teori dan teknologi keramik memberikan jalan untuk dapat
memecahkan permasalahan di atas. Dalam penggunaan keramik yang berhubungan
erat dengan mesin-mesin presisi, di bawah ini dijelaskan secara singkat mengenai sifat
utama untuk setiap penggunaan dan bahannya yang disarankan
1) Bahan tahan panas dan berkekuatan tinggi
Bahan yang dipergunakan sebagai sudu turbin (Gambar. 7.29) silinder ruang
bakar turbin gas, motor diesel, penukar panas temperatur tinggi, dst, yang terutama
memerlukan kekuatan temperatur tinggi, telah difikirkan untuk memakai senyawa
kovalen seperti Si3N4, SiC dan SIALON. Evaluasi umum menyatakan juga bahwa
Al2O3 merupakan bahan yang baik sekali dalam hal kekuatannya, ketahanan kejutan
termal dan kestabilannya pada tempertatur tinggi. Sinteran yang mampat dari zirkonia
yang distabilkan, baik sekali ketahanan termalnya dan mempunyai K,c yang besar di
antara keramik. Selanjutnya apabila partikel ZrO2 halus didispersikan di dalam bahan
sinteran lain, seperti ditunjukkan dalam Gambar. 7.30, Kw nya meningkat. Bagi bahan
yang dipergunakan untuk penukar panas, terutama diperlukan sifat tahan kejutan
termal yang biasanya digunakan kira-kira pada 1200°C atau di bawahnya, untuk itu
dapat dipakai kordierit dan spodumen ß yang kristalnya memiliki pemuaian rendah.
Gambar 7.29 Komponen motor diesel dibuat dari Si3N4 dalam percobaan
Gambar 7.30 Kekuatan lentur dan K1 dari Al2O3 – ZrO2 (I dan II dengen bahan mula yang
berbeda)
2) Bahan tahan aus dan permukaan halus
Keramik dipergunakan untuk penuntun benang mesin produksi serat sintetik,
untuk bantalan, untuk penahan bocor pada pompa air dst. Untuk penggunaan ini sifat
ketahanan aus, ketahanan korosi dan kehalusan permukaan keramik dimanfaatkan.
Bahan khas untuk ini adalah Al2O3, dan bagi bahan Si3N4 sedang dijajagi untuk
beberapa penggunaannya.
Dengan meningkatnya kecepatan dan ukuran pesawat terbang dan kereta api,
temperatur kerja dari rem meningkat sangat. Untuk keperluan itu bahan cermet dari
mulit-grafit-tembaga (campuran logam-keramik yang kompleks) telah menggantikan
bahan tahan aus asbes yang biasa (Gb. 7.31)
Gambar 7.31 Bahan gesek dari cermet
3) Bahan mampu mesin
Keramik bersifat keras dan getas, sukar untuk dimesin. Tetapi sekarang, Al2O3
dan Si3N4 sinteran yang sangat mampat telah dikenal luas dapat dimesin secara presisi.
Untuk pemesinan ini dipergunakan alat pemotong yang ultra keras yaitu intan dan alat
"khusus” seperti mesin sinar elektron juga dipergunakan. Di lain fihak ada keramik
halus yang dapat dilubangi dan dipotong dengan peralatan konvensional untuk
pengerjaan logam. Bahan ini disebut keramik mika dan merupakan sinteran kompak
yang terdiri dari mika atau gelas terkristalisasi dengan mika terendapkan (Gb. 7.32).
Gambar 7.32 Keramik mika dapat dimesin dengan mempergunakan perkakas kayu
Perkakas Pemotong
Perkakas untuk pengerjaan logam yang menggunakan kekerasan seperti
keramik, digunakan secara luas. Ada dua kelompok bahan. Satu adalah cermet, yang
ketahanan aus dan ketahanan panasnya seperti keramik dipadu dengan keliatan unggul
dari logam, dan yang lain adalah keramik sinteran.
Cermet WC-Co, dalam mana bubuk WC dan logam Co disinter, Cermet WC-
TiC-Co dan Cermet TiC-Ni-Mo, disebut paduan ultra keras dan digunakan untuk
memotong baja (Gb. 7.33). Akhir-akhir ini penggunaan ujung pemotong yang terlapis
meningkat. Pelapisan dengan TiC, TiN dan Al2O3 setebal kira-kira 5 µm diterapkan
pada Cermet dengan metoda deposisi uap kimia (CVD), maka ketahanan ausnya
sangat bertambah.
Pemotongan pada kecepatan tinggi dengan temperatur pada ujung pemotong
yang mencapai 800-1000°C atau pemotongan bahan yang sukar dimesin seperti besi
cor putih, baja tahan panas dan baja yang dikeraskan, agak susah dilakukan oleh
perkakas Cermet tersebut di atas. Untuk keperluan itu digunakan perkakas yang
dibuat dari Al2O3. Sinteran mampat dari Al2O3 yang sangat murni dan sinteran
komposit mampat dari Al2O3 dengan penambahan TiC (Gb. 7.34). Di samping itu
sinteran intan dengan aditif sedikit, dan perkakas terkeras kedua dari sinteran BN
kubus terdapat di pasaran. Intan mempunyai kekurangan dalam mudahnya beraksi
dengan besi, tetapi BN tidak, jadi untuk pemotongan paduan besi, bahan terakhir
lebih cocok.
Gambar 7.33 Cermet, ujung pahat alumina sebagai perkakas
7. 6. Fabrikasi dan Pemrosesan Keramik
Secara umum, proses fabrikasi keramik dapat dibagi menjadi dua, sebagai
berikut:
a. Pembentukan gelas
b. Pembentukan lempung
1. Pembentukan Gelas
Sifat Gelas
Gelas, material non-kristalin, tidak membeku dengan cara yang sama
dengan material kristalin. Pada saat pendinginan, gelas menjadi semakin kental
secara terus-menerus dengan menurunnya suhu. Jadi, tidak ada suhu tertentu, di mana
material gelas berubah wujud dari wujud cair menjadi padat atau sebaliknya. Salah
satu perbedaan antara material kristalin dan non-kristalin terletak pada
ketergantungan volume spesifik (volume per unit massa) terhadap suhu, lihat gambar
7.34. Pada material kristalin, penurunan volume diskontinu pada titik lebur, Tn.
Sementara itu, pada material non-kristalin, penurunan volume berlangsung kontinu.
Terjadi penurunan kemiringan kurva, yang disebut sebagai suhu transisi gelas, Tg, di
mana di bawah suhu tersebut, material disebut gelas, dan di atasnya, material mulamula
menjadi cairan superdingin (supercooled liquid) dan akhirnya menjadi cair.
Gambar 7.34 Perbandingan perubahan volume spesifik terhadap suhu antara material kristalin dan
nonkristalin. Material kristalin membeku pada titik lebur, Tm, dan material nonkristalin
memiliki suhu transisi gelas, Tg
Dalam pemrosesan gelas, karekteristik viskositas vs. suhu juga penting
diketahui. Gambar 7.35 merupakan pengeplotan logaritma viskositas terhadap
suhu untuk fused silica, gelas 96% silika, borosilikat (pyrex), dan gelas soda-lime.
Gambar 7.34 Logaritma viskositas vs. suhu untuk fused silica dan tiga gelas silika lainnya
Pada sumbu viskositas, titik-titik penting ditunjukkan dalam proses fabrikasi
gelas, antara lain sebagai berikut:
1.
Titik lebur, adalah suhu di mana viskositas mencapai 10 Pa.s, yaitu kondisi di
mana gelas cukup cair untuk disebut cairan.
2.
Daerah kerja (working range), adalah suhu di mana viskositas adalah 103 Pa.s,
yaitu kondisi di mana gelas mudah untuk dibentuk.
3.
Titik pelunakan (softening point), adalah (kisaran) suhu di mana viskositas
mencapai 4 x 106 Pa.s, yaitu suhu maksimum di mana produk gelas dapat dipegang
tanpa mengalami perubahan dimensi.
4.
Titik anil (annealing point), adalah suhu di mana viskositas mencapai 1012 Pa.s.
Pada suhu ini, difusi atom terjadi cukup cepat sehingga tegangan sisa dapat
dihilangkan dalam waktu 15 menit.
5.
S. Strain point, adalah suhu di mana viskositas mencapai 3 x 10" Pa.s. Di bawah
strain point, patch akan terjadi sebelum deformasi plastis. Suhu transisi gelas ada
di atas strain point
Sebagian besar pemrosesan gelas dilakukan pada daerah kerja. Tentu saja, suhu
untuk masing-masing titik tersebut bergantung pada komposisi gelas. Sebagai contoh,
untuk gelas soda-lime, proses pembentukan dapat dilakukan pada suhu yang lebih
rendah.
Pembentukan Gelas
Ada tiga macam proses pembentukan gelas, yaitu: pressing, blowing, dan
fiber forming, yang secara ilustratif digambarkan pada Gambar 7.35.
Setelah pembentukannya, produk gelas umumnya dilaku panas melalui
proses anil atau proses temper (glass tempering). Anil dilakukan untuk
menghilangkan tegangan sisa akibat pendinginan yang tidak seragam. Dalam hal
ini, gelas dipanaskan hingga mencapai titik anil dan kemudian didinginkan secara
perlahan. Sementara itu, temper pada dasarnya adalah memberikan tegangan tekan
pada permukaan gelas, sehingga pertumbuhan retak pada permukaan gelas dapat
dihambat. Tahapannya dapat dilihat pada gambar 7.36. Gelas temper (atau dikenal
sebagai tempered glass—ed.) digunakan untuk kaca mobil, lensa kacamata, pintu
kaca besar, dan lain-lain
Gambar 7.35 Proses pembentukan gelas (a) pressing, (b) blowing, dan (c) fiber forming
Gambar 7.36 Tahapan proses gelas temper
2. Pembentukan Lempung
Proses pembentukan lempung dan keramik putih melewati beberapa tahap
yang digambarkan pada gambar 7.37, di mana setelah dibentuk, komponen atau
barang keramik harus melalui tahap pengeringan dan pembakaran. Terjadi
perubahan pada masing-masing komponen selama kedua tahap pemrosesan
tersebut. Ada dua macam proses pembentukan lempung sebelum dikeringkan, yaitu
pembentukan hidroplastis dan slip casting.
Gambar 7.37 Tahapan pemrosesan keramik dari lempung
Pembentukan Hidroplastis
Struktur kristal lempung (kaolin) adalah struktur berlapis, di mana ikatan
antarlapisannya adalah ikatan van der Waals yang lemah. Pada proses pembentukan
hidroplastis, lempung dicampur dengan air dan kemudian dibentuk. Molekul air
yang ditambahkan ke dalam lempung akan masuk ke dalam ruang antarlapisan
sehingga memudahkan lempung untuk digeser pada posisi ikatan van der Waals.
Hal ini menyebabkan lempung menjadi sangat fleksibel dan dapat dibentuk tanpa
retak. Pembentukan hidroplastis yang paling banyak dilakukan adalah ekstrusi, di
mana lempung tadi didorong ke dalam sebuah cetakan sehingga berubah bentuk sesuai
dengan cetakan tersebut. Selain itu, pembentukan hidroplastis merupakan proses
manual yang paling banyak dipakai, seperti tampak pada Gambar 7.38
Gambar 7.38 Proses pembentukan hidroplastis keramik
Slip Casting
Proses lain untuk lempung adalah slip casting. Slip adalah suspensi lempung
dan/atau material plastis lainnya dalam air. Ketika dituang ke dalam cetakan berpori,
air dalam slip akan diserap oleh cetakan dan keramik akan membeku sesuai dengan
bentuk cetakan. Proses ini disebut pengecoran padat (solid casting), seperti yang
ditunjukkan pada 7.39a. Proses juga dapat dihentikan ketika dinding cetakan telah
mencapai ketebalan tertentu, dan cetakan dibalik, sehingga suspensi yang masih tersisa
akan terbuang dan terbentuk produk yang berlubang (lihat Gmbar 7.39b). Proses ini
disebut drain casting.
Gambar 7.39 Proses slip casting pada keramik (a) solid casting, (b) drain casting
Pengeringan
Keramik yang dihasilkan dari proses hidroplastis atau slip casting memiliki
porositas yang besar dan kekuatan yang rendah, serta masih mengandung air. Air akan
menguap selama proses penguapan sehingga terjadi pengerutan. Pada tahap awal
pengeringan, partikel lempung dikelilingi dan dipisahkan satu sama lainnya oleh lapisan
air yang tipis (lihat Gambar 7.40). Ketika pengeringan berlanjut, lapisan air hilang
sehingga jarak antarpartikel mengecil, yang terlihat sebagai pengerutan. Selama
pengeringan, penting untuk mengontrol laju pengeluaran air ke permukaan melalui
proses difusi dan laju penguapan. Apabila laju penguapan terlalu cepat jika
dibandingkan dengan laju difusi, maka permukaan akan lebih cepat mengering daripada
bagian dalam, sehingga akan terjadi retak. Laju penguapan dapat dikontrol dengan
mengatur kelembapan dan kecepatan aliran udara.
Gambar 7.40 Beberapa tahap pelepasan air dari partikel lempung selama proses pengeringan
Pembakaran (Firing)
Keramik yang sudah dikeringkan, tetapi belum dibakar disebut bakalan green.
Proses pembakaran biasanya dilakukan pada kisaran suhu 900-1.400°C, bergantung
pada komposisi dan kekuatan akhir yang diinginkan. Selama pembakaran, porositas
akan mengecil dan kekuatan meningkat.
Ketika lempung dibakar, reaksi kompleks yang disebut dengan vitrifikasi reaksi.
Vitrifikasi adalan pembentukan cairan secara perlahan-lahan yang mengalir dan mengisi
pori. Derajat vitrifikasi bergantung pada suhu, waktu pembakaran, dan komposisi
keramik. Suhu di mana terjadi pembentukan cairan dapat diturunkan dengan
menambahkan fluks, seperti feldspar. Pada saat pendinginan, fase cair ini akan
membentuk matriks gelas sehingga menghasilkan struktur yang padat dan kuat. Dengan
demikian, struktur akhir akan terdiri atas fase tervitrifikasi, partikel kuarsa yang tidak
bereaksi, dan porositas, seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 7.41
Gambar 7.41 Struktur mikro (SEM) spesimen porselen yang sudah dibakar, terdiri atas butir
kuarsa, kristal korundum, mullite berbentuk jarum dan balok, serta fase gelas dan
Pori.
Sumber: Diadaptasi dari http.//wwwkeramverband.de/pic/ebild3.jpg
Penekanan Serbuk
Proses ini berlaku untuk serbuk keramik, baik lempung maupun non-lempung.
Proses penekanan serbuk keramik analog dengan proses metalurgi serbuk, di mana
tahapannya adalah pencampuran, penekanan, dan pemanasan (sintering). Pemanasan
mendorong terjadinya difusi, sehingga terbentuk jembatan antarpartikel.
Pencampuran material dan penekanan dapat dilakukan melalui beberapa metode,
seperti ekstrusi, injection molding, pressing, slip casting, dan tape forming. Hasil proses
tersebut adalah bakalan yang diharapkan tidak memiliki retak dan rongga yang
signifikan.
Bakalan bukan merupakan produk akhir. Proses pemadatan bakalan dinamakan
sintering. Pemadatan terjadi akibat pemberian energi panas yang terkontrol sehingga
menghasilkan ikatan antarpartikel yang hanya mengandung sedikit rongga. Selama
proses sintering berlangsung, ikatan antarpartikel semakin berkembang dan porositas
menjadi menurun. Jumlah porositas yang rendah sangat diinginkan untuk mendapatkan
sifat mekanik yang tinggi. Proses sintering dapat dilakukan melalui beberapa
mekanisme, yaitu fase uap, fase padat, fase cair, dan fase cair reaktif. Sintering fase cair
merupakan metode yang sering dilakukan. Dalam proses ini, fase eutektik yang titik
leburnya rendah terbentuk dan membantu dalam proses pemadatan dengan cara mengisi
rongga yang ada dan menimbulkan sejumlah mekanisme transfer massa, seperti
pelarutan, transfer fase uap, dan pengendapan.
Langganan:
Postingan (Atom)